KASUS PEMBUNUHAN ANGELINE
Sebelum Tewas….Seperti Inilah
Perlakuan Kejam Margareta Kepada Anak Angkatnya “Angelina” Agus Tai Andamai
(26) menjadi saksi kehidupan keseharian Angeline (8), bocah yang dilaporkan
hilang saat bermain di depan rumahnya di Jalan Sedap Malam No 26, Sanur, Denpasar,
Sabtu (16/5/2015) sekitar pukul 15.00 Wita. Menurut Agus, Angeline adalah gadis
yang tertutup dan sering dimarahi ibunya Margareta. Menurut pria asal Waingapu,
Sumba ini, setiap hari sepulang dari sekolah, Angeline hanya menghabiskan
waktunya untuk bekerja memberi makan ayam yang dipelihara oleh sang ibu. Bila
tidak memberi makan ayam, menurut kesaksiannya, ibunya tak segan memarahinya.
"Pernah saya dengar ibunya mengumpat kepada dia. Ngomongnya begini, 'kalau
tidak membantu kasih makan ayam, mending ia keluar dari rumah ini," ujar
Agus di antara kandang ayam yang ada di rumah sang majikan, Senin (18/5/2015).
Menguak Dalang Pembunuh Angeline
Bercak darah berceceran di beberapa
kamar. Sebagian besar di kamar ibu angkat Angeline, Margriet Megawe.
Bercak-bercak darah itu sudah mengering, samar. Namun berhasil terlihat oleh
tim forensik yang memeriksa rumah Margriet. Temuan ini pun menimbulkan tanda
tanya, apa sebenarnnya yang terjadi terhadap Angeline? Siapa sebenarnya dalang
pembunuhan bocah 8 tahun itu? Angeline ditemukan sudah tak bernyawa di rumah
ibu angkatnya, Rabu 10 Juni 2015. Jasadnya dikubur dalam sebuah lubang yang tak
dalam dekat kandang ayam, di antara pohon pisang di halaman belakang rumah.
Posisi jasadnya mengenaskan. Telungkup dan ditekuk. Di lehernya terdapat tali
dan bekas jeratan. Temuan ini semakin menambah misteri kematian bocah, yang
pada 16 Mei lalu dilaporkan hilang oleh ibu angkatnya itu. Meskipun mantan
pembantu dan penjaga rumah Margriet mengaku sebagai pembunuh bocah malang itu,
tapi sejumlah temuan baru seolah menolak pengakuan itu.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan
Anak (Komnas PA) Arist Mendeka Sirait menduga, pembunuhan Angeline
terorganisir. Dia juga mengatakan, ada persekongkolan kejahatan untuk membunuh
Angeline. Satu buktinya, ceceran darah di rumah yang beralamat di Jalan Sedap
Malam Nomor 26 Sanur, Bali itu. "Itu semuanya sekarang ada di forensik.
Sedang dilakukan pemeriksaan, apakah sama dengan bercak darah Angeline,"
ujar Arist di Sanur, Jumat 12 Juni 2015. Menolak Masuk Rumah Kepergian Angeline
telah menyisakan luka mendalam di hati guru-gurunya di SDN 12 Sanur. Mereka tak
kuasa melupakan wajah lugu dan senyum manis Angeline, yang ternyata menyimpan
banyak kisah pilu di sisa hidupnya.
Wali kelasnya di Kelas 2B, Putu Sri
Wijayanti mengatakan, tak meyangka hidup Angeline akan berakhir tragis seperti itu.
"Satu kenangan yang tidak dapat saya lupakan selama dia menjadi anak didik
saya, dan mungkin tidak bakal saya lupakan seumur hidup saya," kata Sri
saat ditemui di ruangan kerjanya di Sanur, Jumat 12 Juni 2015. "Wajahnya
itu selalu terbayang. Wajahnya ayu dan sendu," tambah dia dengan tatapan
mata nanar. Kejadian yang paling diingat Sri adalah saat mengantar Angeline
pulang ke rumahnya. Sedikit terisak-isak, ia menuturkan bocah yang diadopsi
sejak umur 3 hari ini kerap tidak mau masuk ke dalam meski sudah sampai di
depan rumahnya.
"Ketika saya mengantarkan Angeline pulang
bersama anak saya, dia duduk di belakang anak saya dan saya. Tasnya saya
sangkutkan di tangan saya," kata dia. "Saya enggak bakal lupa saat
dia saya tawarkan antar pulang. Dia hanya diam saja dan mengangguk. Bahkan saat
rumahnya sudah terlewat, Angeline hanya diam," ujar Sri sembari menyeka
air matanya. Angeline kini sudah tiada. Sri hanya bisa berharap Angeline bisa
tenang di alam baka dan mendapatkan kebahagiaan. Terhadap pembunuh anak
didiknya ini, Sri meminta hukuman yang paling berat. "Selama ini Angeline
tidak ceria. Semoga sekarang Angeline bahagia bersama teman-teman barunya. Saya
harap pembunuh Angeline dihukum seberat-beratnya," tandas Sri. Angeline
sudah tiada. Yang tersisa hanya cerita sedih tentang jalan hidup yang harus
dijalani bocah cantik kelahiran 19 Mei 2007 itu.
Di tengah-tengah duka yang masih
menyelimuti Tanah Air, Bali khususnya, ternyata masih ada setitik senyum untuk
Angeline. Dalam pembagian rapor Jumat 12 Juni 2015, Angeline naik kelas. Sri
mengatakan, nilai Angeline lumayan bagus dan memenuhi syarat untuk melanjutkan
ke kelas yang lebih tinggi. Namun sangat disayangkan, Angeline sudah tidak akan
pernah bersekolah lagi. "Nilai Angeline bagus. Angeline juga naik kelas,"
kata Sri. Hingga saat ini, penyidik Polda Bali masih memeriksa Ibu angkat
Angeline. Tapi belum ada keterangan atau bukti kuat yang cukup untuk menjadikan
dia tersangka. Meski begitu, penyidikan masih berjalan setelah polisi mengaku
mendapatkan temuan-temuan baru terkait kematian Angeline.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar